7:09 PM | Author: Alicia Komputer
GERAKAN ISLAM DAN NASIONALISME DI INDONESIA: PERGULATAN POLITIK DALAM MEMBENTUK IDEOLOGI


BAB I
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang Masalah

Sebagai bangsa yang berdaulat Indonesia memiliki untaian sejarah yang cukup memprihatinkan yaitu pada masa kolonialisasi bangsa-bangsa Eropa. Lebih dari tiga ratus lima puluh tahun Indonesia berada dalam pemerintahan Hindia Belanda dan hampir tiga setengah tahun berada dalam otoritas Jepang. Kurun waktu itu rakyat berada dalam kondisi sengsara, miskin dan tersiksa akibat kebijakan pemerintahan kolonial yang ekploitatif dan menindas seperti ditunjukan dengan kebijakan kerja paksa.

Konstalasi politik globalpun akhirnya membuka tabir penindasan di Indonesia ini, runtuhnya grejaisme di Eropa Barat dan ambruknya feodalisme di beberapa negara di dunia sebagai akibat dari perubahan zaman dan struktur sosial yang ditandai dengan pergeseran status sosial dari masyarakat agraris ke masyarakat indistri turut memberikan kontribusi terhadap bangkitnya gerakan-gerakan di belahan dunia yang lainnya. Kemunculan gerakan-gerakan ini tentunya dengan latar belakang yang beraneka ragam ada yang berlatar belakang agama sehingga melahirkan Kristen Protestan yang dipimpin oleh Martin Luther sedangkan dalam bidang politik ditandai dengan bangkitnya kaum terjajah melakukan perlawanan untuk menjadi negara merdeka dari sikap tirani dan ekploitatif kaum imperial yaitu rasa nasionalisme.[1] Fenomena seperti ini menyebar ke seluruh belahan dunia termasuk di Indonesia yang ditandai oleh munculnya gerakan Islam dan nasionalisme di Indonesia.

Gerakan Islam sejak zaman penjajahan memang telah terlibat dalam aktivitas yang bersifat politis. Kondisi seperti ini lebih diakibatkan oleh peranan Islam yang begitu menentukan dalam meraih kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Gerakan dan peperangan yang di pelopori oleh Imam Bonjol dalam Perang Paderi, Pangeran Diponegoro, Perang Aceh dan serentetan aksi-aksi perjuangan Islam lainnya dapat dijadikan indikator pernyataan tadi.[2]

Dengan meminjam adagium yang cukup populer bahwa “bangsa yang besar adalah bangsa yang pandai menghargai jasa para pahlawannya”. Namun, tentunya bukti nyata dari apresiasi ini adalah terus berkarya dan berkreativitas dalam mengisi pembangunaan bangsa, meneruskan perjuangannya yang belum tercapai serta tetap memiliki rasa nasionalisme yang tinggi disertai dengan nilai-nilai religiositas yang cukup militan. Apabila kedua unsur tersebut berintegrasi pada seorang warga bangsa maka hampir bisa dipastikan negara tesebut memiliki harkat dan martabat yang cukup tinggi di mata dunia internasional.

Dalam konteks Indonesia, Islam telah menjadi identitas masyarakat Indonesia yang membedakan dari bangsa penjajah, bahkan Islam sudah merupakan simbol pemersatu masyarakat dunia internasional khususnya di kawasan Asia Tenggara.[3] Eksistensi Islam di kawasan ini terlihat sangat dominan terutama sebelum kemerdekaan Republik Indonesia tangggal 17 Agustus 1945. Menurut para pengkaji sejarah, pada dasawarsa inilah banyak masyarakat Indonesia yang menjadi pengajar keagamaan di negara-negara tetangga seperti di Malaysia dan Brunai Darussalam, kondisi yang sedikit berbeda dengan perkembangan kekinian.

Gerakan Islam dan nasionalisme adalah dua unsur yang bahu-membahu dalam memformulasikan sebuah negara-bangsa (nation state) yang pada perkembangan selanjutnya disebut Indonesia. Kedua unsur inilah yang membuahkan hasil yang teramat besar yaitu Kemerdekaan Indonesia. Kendatipun demikian elemen bangsa lainpun tidak sedikit kontribusinya.

Pergulatan politik pada masa kemerdekaan Indonesia adalah manuver-manuver politik yang masih murni sebagai gerakan nasional yang melakukan resistensi terhadap penjajah dalam hal ini adalah Hindia Belanda dan Jepang. Gerakan politik pada masa ini ditandai dengan sikap yang masih menjunjung tinggi kebersamaan dan meminimalisasi aspek-aspek yang justru akan menimbulkan perpecahan dan pada ujungnya menyebabkan sulitnya mewujudkan kemerdekan Indonesia.

Kekuatan Gerakan Islam dan nasionalis merupakan kekuatan determinan dalam kancah politik Indonesia pada masa kemerdekaan, sungguhpun demikian kedua kekuataan ini di topang pula oleh komitmen Indonesia merdeka tanpa penjajahan. Pendapat yang cukup analitis diungkapkan tokoh intelektual muda Bachtiar Effendy, pengamat politik terkemuka ini menandaskan bahwa tidak bisa diragukan lagi bahwa Islam sangat menentukan dalam upaya nasionalistik bangsa Indonesia. Hal ini didukung pula oleh berbagai pengkaji nasionlisme bahwa Islam Indonesia berfungsi sebagai mata rantai yang menyatukan rasa persatuan nasional dalam menentang kolonialisme.[4]

Secara psykologis nasionalisme berfungsi sebagai pondasi utama timbulnya suatu negara kesatuan yang terdiri dari pulau-pulau. Nasionalime merupakan perasaan subyektif sekelompok orang manusia bahwa mereka satu bangsa dan cita-cita mereka serta aspirasinya dapat tercapai jika mereka bergabung dalam sutu negara atau nation.

Dalam hal ini patut dikemukakan pendapat seorang filosuf Perancis Ernest Renan-sebagaimana dikutip oleh Soekarno, bahwa “pemersatu bangsa bukanlah kesamaan bahasa atau kesamaan suku bangsa, tetapi tercapainya kembali ke masa depan”.[5]

Dalam perjalanan sejarah Indonesia, terdapat silang pendapat yang bersifat teoritis antara dua tokoh nasional Indonesia yaitu Ahmad Hassan dan Soekarno. Bagi proklamator kemerdekaan Indonesia ini nasionalisme Indonesia bukanlah nasionalisme sempit yang timbul dari kearogansian (kesombongan) bangsa semata-mata tetapi nasionalisme kosmopolitan (luas) yang timbul dari pengetahuan tentang sejarah atau gubahan riwayat jiwa.[6]

Sementara itu menurut A. Hassan yang juga tokoh Persatuan Islam (PERSIS) ini, ia mengatakan bahwa nasionalisme sama dengan ‘ashabiyyah, berpegang teguh pada ‘ashabiyyah dan berjuang dengan ‘ashabiyyah maupun menggunakan dasar atau landasan ‘ashabiyyah adalah tidak termasuk golongan Nabi Muhammad SAW maka, atas dasar ini bisa disimpulkan bahwa nasionalime atau paham kebangsaan bertentangan dengan ajaran Islam.[7]

Perseteruan pendapat ini nampaknya dapat termediasi oleh pernyataan M. Natsir yang juga aktivis PERSIS ini dengan paparannya bahwa “ pergerakan Islam yang membuka jalan medan politik tanah air ini, yang menanamkan bibit persatuan Indonesia, yang menyingkirkan sifat kepulauan dan keprovinsian dan menanamkan persaudaraan dengan kaum senasib di luar batas Indonesia dengan tali keislaman[8] yang lebih kokoh dan permanen.

Dari sekilas perdebatan teoritis di atas, nampaklah bahwa kebhinekaan di Indonesia telah memberikan inspirasi yang beraneka ragam pula dalam menuangkan gagasan tentang kenegaraan. Hal ini pula yang menjadi sebuah indikator penyebab terbentuknya ideologi negara Republik Indonesia yang memayungi pluralisme. Unsur yang cukup dominan dalam pembentukan ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia ini adalah gerakan Islam dan Nasionalis, dimana gerakan nasionalis di motori oleh Partai Nasional Indonesia (PNI) yang dikomandani Soekarno sedangkan gerakan Islam dimotoroti oleh H. O. S Tjokro Aminoto melalui Sarekat Islam-nya pada tahun yang bersamaan yaitu pada tahun 1927.

Dengan dilatar belakangi oleh pemikiran di atas, penulis termotivasi untuk membedah lebih lanjut dan lebih luas tentang persaingan gerakan Islam dan nasionalis dalam membentuk ideologi negara yang pada gilirannya menghasilkan Pancasila sebagai falsafah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk itu, dalam penelitian berupa skripsi ini penulis mengambil judul GERAKAN ISLAM DAN NASIONALISME DI INDONESIA: PERGULATAN POLITIK DALAM MEMBENTUK IDEOLOGI NEGARA. Secara rinci uraian-uraian lebih lengkap akan terlihat pada bab-bab selanjutnya.

b. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dari paparan di atas, penyusun perlu melakukan pembatasan pembahasan agar penelitian ini lebih terfokus, sistematsis, dan tidak kabur. Pembatasan dalam penelitian ini terkonsentrasi pada Sejarah muncul, dan ruang lingkup gerakan Islam dan Nasionalisme di Indonesia selain itu membahas pula tentang kondisi sosial-politik ketika munculnya gerakan Islam dan nasionalime di Indonesia. Dan inti pembahasannya mencakup perseteruan gerakan Islam dan nasionalis dalam membentuk ideologi negara.

Berdasarkan pembatasan pokok masalah di atas, penyusun dapat merumuskan item-item masalah yang akan diteliti dalam skripsi ini sebagai berikut:

2. Apa yang melatar belakangi munculnya gerakan Islam dan nasioanalis dalam kancah perpolitikan Indonesia?

3. Bagaimana kondisi sosial-politik Indonesia ketika awal munculnya gerakan Islam dan nasionalis?

4. Apa peran gerakan Islam dan nasionalis dalam pembentukaan ideologi negara?

5. Bagaimana pergulatan yang terjadi antara gerakan Islam dan nasionalisme ketika membentuk ideologi negara?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini penulis bertujuan sebagai berikut:

1. Memberikan paparan yang lebih luas dan detail tentang latar belakang munculnya gerakan nasionalisme di Indonesia.

2. Memberikan penjelasan tentang kondisi sosial-politik ketika munculnya nasionalisme di Indonesia.

3. Memberikan penjelasan yang luas dan nyata tentang kiprah gerakan Islam dan nasionalis dalam membentuk ideologi negara.

4. Membuka tabir perseteruan antara gerakan Islam dan nasionalis dalam pembentukan ideologi negara.

Adapun kegunaannya agar dengan penulisan skripsi ini masyarakat Indonesia lebih memahami dan sadar akan hidup berbangsa dan bernegara sekaligus menumbuhkan rasa kesadaran beragama dan membangun rasa nasionalisme yang cenderung roboh oleh fenomena zaman yang semakin kompetitif. Melalui skripsi ini diharapkan generasi muda dapat mencintai bangsanya sendiri tanpa terpesona dengan kemajuan dan gemerlapnya peradaban Barat.

Sementara itu obyek penelitian ini terpusat pada sejarah gerakan Islam dan Nasionalis di Indonesia serta kontribusinya terhadap pembentukan ideologi negara yaitu Pancasila. Selain itu, penelitian ini mengkaji pula tentang perdebatan keduanya dalam mensikapi Piagam Jakarta 22 Juni 1945.

D. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan

Oleh karena obyek penelitian ini adalah sejarah dan pemikiran, maka pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui penelitian kepustakaan (library research) yaitu dengan menggunakan bahan-baahan yang relevan. Dengan metode penelitian kualitatif ini, penulis melakukan kajian berbagai literatur baik literatur primer seperti (Soekarno, Di Bawah Bendera Revolusi, Di bawah Bendera Revolusi, Jakarta, 1966), Deliar Noer, Partai-Partai Islam di Indonesia 1945-1965, Bandung: Mizan, 2002), Endang Saefudin Anshari, Piagam Jakarta 22 juni 1945, Jakarta: Rajawali Press, 1986) dan Faisal Ismail, Ideologi Hegemoni dan Otoritas Agama, Yogyakarta, Tiara Wacana, 1999) atau sekunder yang ada kolerasi dan relevansinya dengan obyek penelitian berupa buku, majalah, koran, internet, seperti Deliar Noer, Islam, Pancasila dan Asas Tunggal, Yogyakarta, Pustaka Pelajar: 1996), Ahmad Mansur Suryanegara, Menemukan Sejarah Nasional Indonesia, Bandung :Mizan, 1996), Islam, Nasionalisme dan Maxisme, Republika, (Jakarta), 3 Agustus 1999, dan sumber-sumber lainnya yang diperlukan.

Dokumentasi yang diperoleh akan penyusun ramu dengan memaparkan secara deskriptif, komfrehensif, yaitu menjelaskan seputar obyek penelitian secara kronologis dari mulai munculnya gerakan Islam dan nasionalis secara menyeluruh, serta perdebatan keduanya dalam membentuk ideologi negara. Setelah itu penulis menggunakan analisis-konstruktif yaitu membangun sebuah pemahaman baru berdasarkan analisis terhadap dokumentasi sejarah. Tiga pendekataan yang lazim dipakai dalam penelitian kualitatif ini penyusun kombinasikan untuk menghasilkan sebuah konstruksi wacana yang dapat dipertanggungjawabkan keilmiahannya.

Adapun mengenai teknik penulisan skripsi ini, secara umum berpedoaman pada kaidah-kaidah bahasa dalam Ejaan Yang disempurnakan (EYD). Namun, dalam hal-hal yang lebih spesifik penulis mengacu pada buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi yang diterbitkan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Press tahun 2002.

E. Sistematika Penulisan

Bab I adalah Pendahuluan yang meliputi, Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan masalah, Tujuan, Kegunaan Penelitian dan Objek Penelitian, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

Bab II merupakan paparan awal yaitu Sekilas Gerakan Islam Dan Nasionalisme Di Indonesia yang mencakup Tinjauan Umum Islam dan Nasionalisme, Ruang Lingkup Gerakan Islam dan Nasionalisme di Indonesia, Latar Belakang Munculnya Gerakan Islam dan Nasionalisme di Indonesia, Kondisi Sosial-Politik Ketika Munculnya Gerakan Islam dan Nasioanlisme di Indonesia, dan Peran Kolonialisme dalam Menumbuhkan Gerakan Islam dan Nasioanalisme

Bab III merupakan pembahasan yaitu Tarik Ulur Gerakan Islam Dan Nasionalisme Dalam Pembentukan Ideologi Negara yang menjelaskan tentang, Kiprah Gerakan Islam, Kiprah Gerakan Nasionalis, Sinergitas ideologi dalam Piagam Jakarta dan Pancasila, Diversifikasi Nasionalisme dalam konteks ketatanegaraan Indonesia, dan Peran Nasionalis-Religious dalam Demokratisasi Politik Indonesia 1945-1966.

Bab IV adalah Penutup meliputi Kesimpulan dan Saran-saran


[1] Nazaruddin Syamsudin, Soekarno: Pemikiran Politik dan Kenyataan Praktek (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993), Cet. Ke-2, h. 37

[2] Badri Yatim, Soekarno, Islam dan Nasionalisme, (Jakarta: Logos, 1999), Cet. Ke-1, h. 145

[3] Taufik Abdullah, Manusia dan Kebudayaan Asia Tenggara, (Lembaga Kebudayaan Nasional, (Jakarta; LIPI, 1976), Cet. Ke-1, h. 14

[4] Bahtiar Effendy, Islam dan Negara, (Jakarta: Paramadina, 1998), Cet. Ke-1, h. 63.

[5] Soekarno, Di Bawah Bendera Revolusi, (Jakarta: Di Bawah Bendera Revolusi, 1965), jil. Ke-2, h. 3

[6] Ibid, h. 5

[7] Ahmad Hassan, Islam dan Kebangsaan, (Bangil, Lajnah Penerbitan Pesantren Persatuan Islam Bangil, 1984,), cet. ke-1, h. 8

[8] Ibid., h. 4

Related Posts by Categories



Category: |
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

1 comments:

On November 7, 2009 at 11:09 PM , TASIR said...

saya pengen tahu dari sudr,sbenarnya dalm islam ada ga'mengenal nasionalis.kemudian bagaiman konsep islam tentang njasionalis ini.